Ketika Saya Melihat Tanaman Hias Lebih dari Hiasan

 



Dua pekan sebelum saya berulang tahun bulan kemarin, saya meminta istri untuk menghadiahkan saya bunga anggrek. Selama pandemi ini, saya juga ikut memelihara tanaman dan tiba-tiba saya berpikir untuk memelihara anggrek. Kadang saya menjadi orang yang selalu menuntut alasan, tapi kadang pula saya tidak butuh alasan untuk melakukan apa-apa. Masa-masa seperti ini menjadi ruang khusus bagi saya untuk mengenali kerumitan pikiran itu sendiri.


***


Saya tidak banyak melakukan hal selama pandemi. Kemarin, istri saya memperlihatkan sebuah meme, pesan dari meme yang diperlihatkan itu kurang lebih ingin menjelaskan jika kau merasa aman-aman saja selama pandemi, kemungkinan kamu adalah makhluk anti-sosial. Dia tertawa sambil memperlihatkan itu, dengan wajah datar saya bertanya, “kenapa?”


Dia meminta saya membacanya baik-baik dan kemudian saya tersenyum karena mulai paham pesan yang ingin dia sampaikan. Selama pandemi, saya benar-benar tidak mengeluh perihal ketemu dengan teman atau sahabat. Mungkin juga karena saya tidak punya cukup banyak teman dan jarang meluangkan waktu untuk berkumpul. Berbeda dengan dirinya, bertemu atau berinteraksi dengan orang lain, sepertinya jadi kebutuhan. Maka, tersiksalah orang-orang seperti itu selama pandemi ini.


Tapi di sisi lain, orang-orang seperti saya, sepertinya bergembira dan sudah saatnya, orang-orang seperti istri saya, belajar menikmati dunia yang seperti ini. Pasalnya sebelum pandemi, bagi orang-orang seperti saya ini, ada lebih banyak kesempatan di mana saya harus terpaksa untuk memahami keramaian atau hiruk pikuk percakapan manusia.


Itu juga yang kemudian membuat saya mulai menanam atau merawat tanaman di rumah. Walau sejak kecil, karena hidup bersama nenek yang senang merawat bunga-bunga, situasi ini bukanlah hal yang asing. Tapi jarak psikologis saya dengan tanaman hias selama pandemi ini kemudian lebih dekat. Saya bahkan siap mengeluarkan dana khusus untuk membeli beberapa tanaman yang saya senangi. Sialnya, tanaman hias pertama yang saya beli, dicuri seseorang setelah tiga hari menghiasi halaman depan rumah. Pengalaman kecurian ini sempat membuat saya berpikir untuk menulis cerita pendek dengan judul “Pencuri Bunga.” Semoga cerita pendek itu selesai.  


Karena urusan tanaman hias itu, saya mulai berkenalan dengan Calathea, Aglonema, Monstera, dan sejenisnya. Saya bahkan senang mengamati perubahan daun calathea yang saat langit mulai gelap akan terangkat ke atas seperti tangan yang berdoa. Sebab itu juga, bunga ini sering disebut bunga berdoa.


Namun, lebih dari merawat tanaman hias, saya merasa bisa berkomunikasi dengan mereka, tanpa perlu ada suara. Ada percakapan bisu, sesuatu yang terasa menyenangkan bagi saya. Komunikasi yang tak perlu dijelaskan panjang lebar dan semua akan berjalan sebagaimana mestinya. Bodohnya, saya kerap mengharapkan ini terjadi di luar taman kecil yang saya jaga.


Pada akhirnya, ini mungkin akan menjelaskan ketidakmampuan saya untuk melihat dunia yang selama ini berjalan. Sebab itu juga, mungkin saya lari menuju puisi dan berusaha menyembunyikan diri di dalam sana. Mungkin sembunyi bukan kata yang tepat.


Selalu saja ada sesuatu yang tak pernah mampu kita jelaskan dengan baik. Dan seperti itulah saya saat ini. Memulai tulisan dengan keinginan membeli anggrek, lalu merembes ke beberapa hal yang mungkin tidak sepenuhnya berkaitan. 

 

***

Satu jam sebelum menulis ini, saya baru saja mencoba berdiskusi dengan adik laki-laki saya. Saya mencoba untuk menjelaskan alasan orang tua saya memarahinya akhir-akhir ini, serta alasan dia sendiri tidak bisa mengerti dengan situasi yang dia alami sekarang. Saya memintanya untuk berpikir, belajar untuk melihat kemungkinan-kemungkinan, lalu dengan rasa tidak sabaran, memintanya mengubah perilakunya yang tidak disenangi orang tua.


Setelah adik laki-laki saya masuk kamar, mematikan lampu, dan mungkin tidur, saya kemudian merenung, memahami bahwa antara berpikir dan bertindak, jaraknya mungkin sekitar 1 tahun cahaya.


“Sepertinya, saya butuh lebih rajin menyiram tanaman hias!”

 

Halo, Saya Wawan Kurniawan. Terima kasih telah berkunjung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar