Wawancara Bersama Pemenang Pertama Sayembara Novel DKJ 2018, Felik K. Nesi: Saya Mengalir Saja
Dua hari yang lalu (28 Januari 2019), setelah menanyakan kabar buku yang saya kirim ke Kupang untuk Toko Buku Fanu, setelah itu saya c...
Dua
hari yang lalu (28 Januari 2019), setelah menanyakan kabar buku yang saya kirim
ke Kupang untuk Toko Buku Fanu, setelah itu saya coba untuk bertanya-tanya ala
wawancara kepada si pemilik toko itu.
Ini
hanyalah wawancara yang tak terstruktur sama sekali. Apalagi hanya lewat whatsapp. Beruntung, bang Felix bersedia
saya ganggu selama beberapa waktu. Sebelumnya kami pernah bertemu di Makassar Internation
Writers Festival (MIWF) 2015, saya mengenalnya sebagai seorang penulis puisi.
Namun berselang sekitar tiga tahun kemudian, tepatnya di akhir tahun 2018
namanya keluar sebagai pemenang pertama sayembara novel DKJ 2018 dengan judul
karya Orang-orang Oetimu. Naskah yang
berjudul “Orang-Orang Oetimu” itulah yang sedikit kami bicarakan dalam
wawancara ini. Setelah percakapan sebelumnya, kami membahas nasib kami sebagai
pelapak online yang masih tertatih berjuang melawan ongkir.
Selanjutnya,
kalimat yang dicetak miring+tebalkan adalah saya, sedangkan yang tercetak normal adalah
Felix. Berikut
percakapan kami, selamat membaca!
***
Oke kalau begitu, yang
pertama gini, setelah menang Sayembara DKJ tahun 2018, toko buku Fanu bagaimana
nasibnya?
Baik,
rencananya tutup tapi tidak jadi kan dapat modal lagi [emoji senyum]
Semoga Fanu panjang umur bang!
Pertanyaan kedua nih,
terkait novelnya, sebenarnya apa yang mendorong bang Felix untuk mulai menulis
Orang-orang Oetimu?
Apa
ya? Sebenarnya pengen coba-coba saja dulu. Sebelumnya pernah nulis novel,
ikutkan DKJ 2014, judulnya Pertanyaan.
Tidak menang, mungkin memang jelek, jadi tidak saya apa-apakan, fokus baca
dulu, nulis-nulis cerpen. Terus 2016 keluar pengumuman DKJ, bikin yang baru,
judulnya Duhai, Hujan waktu itu.
Sekarang nasib
karya-karya itu bagaimana?
Karya
yang mana?
Oh
iya benar [emoji senyum]
Draft
Pertanyaan masih ada. Kalau Duhai, Hujan itu yang saya tulis ulang, edit, tulis
ulang, edit. Judulnya pernah jadi Dongeng Musim Hujan. Lalu jadi Orang-Orang
Oetimu.
Berarti proses
Orang-orang Oetimu ini cukup lama ya? Berapa lama waktu riset untuk OOO ini?
Saya
tidak sediakan waktu khusus. Riset sambil jalan-jalan saja. Kalau tulis-tulis,
butuh cek apa langsung cek. Atau pas liburan, tanya-tanya orang di
kampung. Kan 2 tahun, sejak 2016.
Oiya ya, santai ya?
Iyo…
Selama riset orang di sana,
hal menarik apa yang bang Felix temukan?
Gak
ada yang khusus sih kayaknya [emoji senyum] Saya kan kebanyakan nulis tentang
orang-orang Timor sendiri. Jadi cerita kami sendiri. Beberapa sejarah lokal,
terus cerita-cerita guyonan tiap orang kumpul itu kan banyak. Jadi sebenarnya
bahan sudah ada di kepala. Tinggal ditulis. Mungkin riset itu hanya ngecek,
kayak orang masak sopi.
Masak sopi itu apa?
Proses
masak. Sopi itu sebutan untuk tuak Lontar.
Sepertinya tokoh utama di
novel ini peminum tuak berat ya?
Tokoh-tokohnya pemasak sopi [emoji senyum]
Cerita
satu tokoh favoritnya dong!
Banyak
yang saya suka [emoji senyum]
Bentar
saya pikir.
Laura,
kayaknya.
Laura
itu anak seorang pegawai pemerintah Portugis. Sesudah Indonesia invasi Timor
Portugis, Laura jadi tahanan, orang tuanya dibunuh. Dia hamil, terus
dilepaskan, dan jalan ke Timor Barat. Akhirnya ke Oetimu dia. Saya tidak
sangka-sangka dia bakal mati. Saya
sayang sama dia padahal. Waktu dia mati, jam 3 malam, saya nangis sendiri [emoji
senyum]
Mungkin
sudah larut malam juga ya, sudah capek juga, ngantuk. Jadi saya nangis banyak
sekali waktu itu [emoji senyum sambil keringat]
Cukup untuk Laura, nanti
biar kita kenalan sendiri dengan si Laura setelah bukunya terbit [emoji senyum]
Iya
[emoji senyum] [emoji keringat]
Spoiler
gak itu.
Ada tidak buku-buku yang
memberi pengaruh terhadap bukumu itu? Coba bagi dong! [emoji keringat]
Buku
Pram paling yang harus saya sebut, Perburuan.
Ada apa dengan buku itu,
hingga memberi pengaruh besar terhadap OOO?
Gak
tau juga ya, waktu sudah nulis novel itu saya masih baca buku itu. Padahal saya
batasi supaya tidak baca buku waktu menulis, biar tidak ada pengaruh. Tapi
tetap saja suka. Atau saya yang salah kira ya.
Jadi memang ada usaha
untuk tidak baca buku? Sebelumnya kalau nulis selalu begitu ya?
Iya…
saya kadang ikut-ikutan apa yang saya sedang baca, jadi.
Sebenarnya
ada film yang pengaruhi.
Oiya, film apa itu?
Judulnya
Polonia apa ya, sebentar saya cek.
Colonia
[emoji senyum]
[Sambil
upload sampul film yang dipenuhi wajah Emma Watson]
Menurutmu, apa yang harus
dimiliki sebuah novel untuk membuatnya berhasil?
Wah,
saya tidak ada pendapat tentang itu. Saya masih belum paham tentang novel juga.
Sebelum menulis novel,
dulu nulis puisi kan? Sekarang masih nulis puisi?
Iya
masih pengen juga.. saya mengalir saja, kalau mau tulis apa ya tulis… cuman
memang sudah beberapa bulan ini fokus cek novel saja.
Mengalir saja ya? Pernah
tersendat nda? Kalau lagi tersendat atau dapat masalah, kebiasan bang Felix
bagaimana? Ada ritual khususkah?
Saya
tinggal [emoji senyum]
Saya
tidak pikirkan harus menulis. Kalau malas ya urus yang lain. Jualan atau apa.
Novel
itu pernah tersendat. Saya tinggal. Saya pikir mungkin memang gagal.
Tapi
semingguan begitu lanjut lagi.
Akhirnya selesai ya? Eh
kemarin itu nulisnya di Malang atau pas di Kupang sih?
Nah
awalnya itu kan tulis untuk DKJ 2016, jadi di Malang. Tapi habis itu ya ditulis
ulang lagi beberapa kali. Di Kupang juga masih.
Kira-kira perubahan dari
2016 ke 2018 beda jauh nda?
60%
paling.
Wah! Oiya, harapanmu
setelah Orang-Orang Oetimu terbit ini apa? Bocoran terbit kapan nih?
Gak
ada sih. Harapannya jadi penjual buku yang baik [emoji senyum]
Biarkan ngalir saja ya?
Iya. Saya masih deg-degan ini, jangan sampai nanti jelek dan saya dimaki-maki.
Eh kira-kira terbit kapan?
Tidak tau. Saya baru kirim ke penerbit 3 hari yang lalu.
Masih ada editing lagi
sebelum dikirim ke penerbit?
Iya…masih ada kemarin, agak banyak.
Proses kerja editnya gimana
sih? Sepertinya seru ya? Haha
Waktu pengumuman itu saya sedang tulis ulang yang kesekian.
Ditulis ulang dari awal
sampai akhir?
Iya.
Kemarin
ya tinggal tambah – kurangi sedikit.
Tapi
bab 2 ganti total ceritanya.
Kira-kira berapa kali
tulis ulang itu?
Banyak kali Wan, selama dua tahun ini.
6
atau 8.
Itu
pesan dari Kanda kita yang Mulia, Aan Mansyur dulu, pas ketemu di Malang saya
ngobrol tentang
novel ini.
Dapat pesan apa dari
beliau? Haha
Iyo
pas dia ke Malang saya tanya, kayaknya dia gak tertarik tapi saya tanya-tanya, kasi
tau kalau lagi nulis novel, ya dia jawab.
Eh,
naskah itu dibedah dulu di Asrama Makassar lho. Kawan-kawan baca, ada masukan…
Bang
Komeng (gatau nama aslinya haha) itu malah baca sampai selesai. Terus kasi catatan
dua halaman kayaknya.
Sepertinya banyak yang
memanti OOO terbit.
Nah
itu bikin takut.
Takut kenapa kira-kira?
Kalau
lebih banyak yang baca, terus ternyata jelek.
Semoga tak seperti itu
bang!
Oiya, sebelum selesai,
bagi 5 buku favorit dong, mungkin bisa jadi rekomendasi teman-teman juga!
Banyak.
Sebentar saya pikir [emoji senyum]
Lima aja bang! [Emoji berkedip]
Aib dan Martabat [Karya
Dag Solstad]
Perburuan
[Pramoedya A. Toer]
Burung-Burung
Manyar [Y.B. Mangunwijaya]
Winnetou [Karl
May]
Choke [Chuck Palahniuk]
Terima
kasih ya sudah kuganggu, kapan-kapan saya ganggu lagi ya!
Hidup
toko buku Fanu!
Ahaha, hidup
pelapak!
2 comments
Asyik ini.
ReplyMantap
Reply