Allende dan Cerita Tiga Generasi
Isabel Allende, 2 Agustus 1942 Clara menjadikan novel “The House of Spirits” benar-benar terasa menarik. Ia juga menjadi simbol p...
Clara
menjadikan novel “The House of Spirits” benar-benar terasa menarik. Ia juga
menjadi simbol perlawan perempuan dalam menghadapi kerasnya watak dominan
seorang lelaki. Dari berbagai kemampuan yang dimiliki Clara, saya merasa pusat
kekuatan Magical Realism novel ini ada pada kehadiran Clara beserta
keganjilan-keganjilannya. Perangai kasar suaminya, Esteban menjadi sebuah aliran
panjang yang salah satu sebabnya adalah sikap politik yang ia pegang dan yakini.
Karakter Esteban yang kemudian dipertemukan dengan Clara menciptakan percik
menarik untuk terus menikmatinya. Dan konon, tokoh Clara yang merupakan seorang
cenayang, merupakan cerminan tokoh dari nenek si penulis (Isabel Allende) sendiri yang juga seorang
cenayang.
Apa
yang terjadi jika Clara, seorang perempuan yang tenang harus menghadapi serta
menjalani kisah rumah tangga dengan seorang lelaki perangai kasar yang kaya
raya? Perangainya yang buruk didukung dengan kekayaan Esteban yang melimpah,
membuatnya terus melakukan apa saja yang ia inginkan. Akan tetapi, di novel ini
pula, Isabel Allende seperti tengah mengikis perangai kasar dari seorang
Esteban. Kekejaman serta sikap keras kepala yang telah dipertontonkan Esteban selama
puluhan tahun pada akhirnya melewati tiga generasi mulai dari Clara, Blanca,
dan Alba. Perjalanan itulah yang menjadi ruang bagi Allende untuk memulai
memangkas sikap buruk seorang Esteban. (Ini hanya pendapat pribadi saya, tentu
ada juga akan melihat usaha lain dari Allende)
Blanca
sebagai anak pertama dari Clara dan Esteban yang kemudian melahirkan Alba dari
hubungan yang tidak direstui oleh Esteban. Pada titik inilah, usaha Isabel
Allende mengikis perangai kasar Esteban pun dimulai, namun terlihat keras dan
sulit untuk merubah apa yang telah tertanam dan tubuh subur dalam kepala
Esteban. Sulit untuk menghadapi lelaki seperti Esteban, lelaki yang terus
menerus memaksa dan menciptakan kuasa di mana-mana. Hingga tiba ketika Clara
melakukan perlawanan dengan menjadi bisu dan mengabaikan suaminya itu lantaran
telah menyiksa Blanca. Menyiksa Blanca yang telah dianggap mempermalukan
keluarga dengan menjalin hubungan bersama seorang lelaki hina di mata Esteban. Keberanian
Clara tidak sepenuhnya diterima oleh Blanca, puncak segala perlawanan barulah
diwariskan secara utuh kepada Alba. Alba pulalah yang mendapatkan kesempatan
untuk melakukan perubahan setelah melewati proses dan peristiwa yang luar
biasa.
Bagaimana
pun, perubahan Esteban serta kemelut yang ada membiarkan Alba terus berjuang
dan merenungi banyak hal. Beberapa kali tercipta pengulangan peristiwa yang
kemudian membuat Alba mulai tak percaya akan masa lalu, sekarang dan masa
depan. Ia berspekulasi bahwa sesuatu itu berada dalam satu masa yang kemudian
terus saling terhubung dan terulang. Bahwa setiap cerita akan menyimpan makna
dalam suatu keseluruhan itu sendiri.
Post a Comment: