Kokoro, Natsume Soseki
Dalam sebuah hasil wawancara dengan Orhan Pamuk, ia menyebutkan nama Natsume Soseki dengan karyanya yang berjudul “I am a Cat” buku itu men...
Dalam
sebuah hasil wawancara dengan Orhan Pamuk, ia menyebutkan nama Natsume Soseki
dengan karyanya yang berjudul “I am a Cat” buku itu menjawab pertanyaan dari
buku apa yang ingin ia rekomendasikan kepada Presiden Amerika atau pun Perdana
Menteri Turki. Buku itu merupakan novel satire, yang akan pas dibaca oleh para
pemimpin itu. Saya sendiri belum membaca buku itu, dan saya penasaran juga
untuk membacanya. Di lain wawancara, ada David Mitchell yang menyebutkan judul “The
Miner” sebagai salah satu karya terbaik dari Natsume Soseki. Saya tidak sedang ingin membahas Orhan atau
pun David Mitchell, melainkan Natsume Soseki.
Sumber gambar di belgraviabooks.com |
Semalam,
saya baru saja menyelesaikan satu buku yang berjudul “Rahasia Hati” dari judul
aslinya “Kokoro.” Buku itu bercerita tentang sosok Senses yang di awal novel
digambarkan dengan banyak tanda tanya. Sensei
selalu mengunjungi sebuah makam seorang kawan tanpa ingin ditemani siapa pun.
Sensei menjadi orang yang sunyi dan tak seorang pun tahu apa yang ada di dalam
pikirannya. Hingga diakhir cerita, melalui surat panjang yang ditulis sensei,
semua pertanyaan di awal mulai terjawab satu per satu. Keberhasilan dari buku
ini adalah kemurungan yang berhasil ditularkan kepada pembaca yang seolah
melihat pintu raksasa di depannya dan pembaca cukup melangkah beberapa kali
hingga tenggelam dalam situasi yang diciptakan penulis.
Sensei
dihantui rasa bersalah dari seorang kawannya yang bernama K. Ia menutup diri
selama bertahun-tahun dan tak membiarkan seorang pun mengetahuinya kecuali
tokoh “aku” yang diceritakan melalui surat panjang. Rasa kesepian mendalam itu
lahir dari sebuah peristiwa bunuh diri yang dilakukan K. malam itu. Tapi,
mengapa K. bunuh diri malam itu? Setiap kali ada pertanyaan seperti itu, secara
langsung dalam batin Sensei akan terdengar seperti “Kaulah pembunuhnya!” Rasa
bersalah itu bertahan bertahun-tahun dan tak hilang hinggal kematian Sensei
tiba. Saya tentu tidak akan menjelaskan ada apa dengan Sensei dan K. Apa salah
Sensei pada temannya itu hingga ia memilih bunuh diri?
Sebelum
bunuh diri, K. menulis surat kepada Sensei malam itu. Di akhir surat itu, K.
menulis kalimat seperti ini, “Kenapa aku menunggu begitu lama untuk mati?” Saya
rasa dari pertanyaan terakhir itulah, penulis memulai menguatkan kondisi yang
dialami Sensei. Buku ini membuat saya mencari beberapa buku lain dari Natsume
Soseki, saya penasaran dengan buku-bukunya yang lain. Harusnya anda juga
penasaran, mengapa K. harus bunuh diri dan mengapa Sensei merasa bersalah atas
kematian kawannya itu, K. Dan jika anda sudah penasaran, baca dan tuntaskan
buku yang diterjemahkan dengan baik oleh Hartojo Andangjaja.
Buku
ini adalah satu dari sekian buku sastra dunia yang diterbitkan oleh penerbit
KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).
Post a Comment: