Membaca Pemenang Sayembara Manuskrip Puisi DKJ 2015

Puisi selalu menjadi tempat baru bagi saya. Jika punya kesempatan, saya akan berkunjung. Dan sebenarnya tahun ini, saya mesti mewajibkan diri untuk mengunjungi lebih banyak puisi. Tahun kemarin saya gagal menantang diri saya sendiri.
*

Tiga buku puisi

Dua hari ini saya ditemani tiga buah buku puisi yang berjudul, Ibu Mendulang Anak Berlari, Kawitan, dan Sergius Mencari Bacchus. Ketiga buku itu adalah pemenang sayembara manuskrip buku puisi Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2015. Dengan tiga juri, Oka Rusmini, Joko Pinurbo, dan Mikael Johani. Konon, ada 570 naskah yang berhasil tiba di meja dewan juri. Pada akhirnya, ada tiga naskah yang tiba di meja saya dengan bentuk dan nasib yang lebih baik.
*
Jika membaca kembali buku, “Ibu Mendulang Anak Berlari” saya seperti mengunjungi seorang perempuan yang telah belajar menjadi ibu sekaligus ibu yang masih ingin menjadi perempuan. Perempuan yang ditelapak kakinya belum diletakkan surga dan belum melewati pengalaman bangun saat mendengar tangis bayi pada malam hari. Sejak puisi pertama dalam buku itu, hingga puisi terakhir, jalan-jalan panjang tentang ibu dibentangkan dengan begitu jelas.
*
Di awal catatan ini, saya mengatakan jika puisi adalah tempat. Maka melalui buku, “Kawitan” saya mengunjungi beberapa tempat yang baru. Puisi kedua dalam buku ini yang berjudul, “Jalan Cilame” memulai perjalanan pembaca untuk menyusuri tempat selanjutnya. Ada Borneo, Stasiun Gambir, Stasiun Cawang, Padalarang, Perpustakaan Kampus, dan beberapa tempat di Bali. Selain itu, masalah-masalah sosial yang tertangkap dalam pandangan penulis berhasil diubah menjadi alusi yang kemudian menghadirkan puisi - puisi dalam buku ini.
*
Terakhir, buku ini berisi 33 kumpulan puisi yang ditulis dari kurun waktu 2012 sampai 2016. Ia begitu menyukai Wislawa. Dan jika boleh memberi saran, puisi pertama yang sebenarnya baik untuk anda baca lebih awal adalah “Curriculum Vitae”. Puisi dalam buku ini seperti seorang lelaki kesepian yang sedang mengajakmu untuk berbicara. Ia tengah menumpahkan seluruh keresahan dan hal-hal mengerikan yang ia alami dalam hidupnya. Namun, saya merasa ia wajib berterima kasih telah menemukan hidup yang seperti itu. Sebab dengan cara itu, ia akan belajar memutuskan langkah dengan menimbang lebih banyak hal. Pembaca mungkin akan serasa menjadi seorang psikolog yang terus mengangguk-anggukkan kepala dan mendengar cerita demi cerita.
*

Catatan ini sebisa mungkin akan mencoba membuat saya sedikit berbahagia. Saya harus pergi ke tempat lain lagi, dan jika mulai bosan, sudah semestinya saya pun menciptakan tempat baru. Tapi sepertinya, masih banyak tempat yang menyenangkan dan tidak akan membuat saya memilih untuk menciptakan tempat dalam waktu dekat ini. Jika kau punya tempat yang kau rekomendasikan, beritahukan itu! Saya akan mengunjunginya. 

Halo, Saya Wawan Kurniawan. Terima kasih telah berkunjung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar