Rusdhie Dalam Samudra Dongengnya
Saya belum mengenal Salman Rusdhie. Membaca “Harun dan Samudra Dongeng” mungkin menjadi langkah awal untuk mengenal penulis kelahiran Ind...
Saya belum mengenal Salman
Rusdhie. Membaca “Harun dan Samudra
Dongeng” mungkin menjadi langkah awal untuk mengenal penulis kelahiran India
itu. Setelah sebelumnya saya membaca Midnight's Children namun belum selesai dengan
alasan klise yang sering saya katakan, “Belum sempat!” Padahal saya jelas terkadang
menghabiskan waktu dengan hal yang tak begitu penting. Semoga saja di tahun
ini, saya lebih serius untuk membaca. Mari kembali ke Salman Rusdhie.
Dalam kisahnya, Harun adalah anak
tunggal dari seorang pendongeng terkenal bernama Rasyid Khalifa. Mereka menetap
di sebuah kota yang sedih. Kota yang paling sedih di antara kota-kota lainnya
hingga kota itu melupakan namanya sendiri. Hingga pada suatu hari, Ibu Harun
pergi dengan lelaki lain lantaran muak dengan suaminya yang hanya sibuk
mendongeng. Kepergian itu lalu membawa malapetaka bagi Rasyid, ia kehilangan
kemampuannya untuk mendongeng. Padahal, Rasyid menjadi alat politik untuk
mendapat perhatian masyarakat setelah pemimpin di kota itu tak lagi dapat
dipercaya kata-katanya.
Masalah itu kemudian berlanjut
menjadi sebuah petualangan besar dari Harun. Ia kemudian bertemu dengan beberapa
sahabat yang berasal dari Samudra Dongeng. Ada Jikka, si Jin Air dan Tappi,
Burung Bulbul yang menemaninya berkelana di Samudra Dongeng. Juga ada Mali, si
tukang kebun yang senantiasa membantu Harun. Hingga pada akhirnya ia harus
berhadapan dengan Khattam-Sud yang telah mengacaukan Samudra Dongeng. Menikmati
petualangan Harun memberikan kita kesempatan untuk berimajinasi sepuasnya.
“Harun dan Samudra Dongeng” adalah buku yang ditulis
setelah buku The Satanic Verses mendapatkan kecaman bahkan harus berhadapan
dengan fatwa mati, ia dianggap telah mencemarkan Islam dan Nabi Muhammad SAW. Rasa-rasanya,
saya tertarik membaca buku itu. Pun jika buku itu dikecam oleh sebagian besar
orang, itu menjadi daya tarik tersendiri untuk saya. Dalam sebuah wawancara
bersama Salman Rusdhie, hal tersulit dalam pekerjaannya ini adalah “Understanding the world is a very difficult
thing. Bringing human beings to life on the page is a difficult thing.” Seperti
halnya tokoh Rasyid dalam bukunya itu, Rusdhie juga tak kalah hebatnya
menciptakan dunia dalam karya-karyanya.
Salah satu buku terbarunya adalah
Two Years Eight Months and Twenty-Eight
Nights, menarik untuk dibaca. Selain itu karyanya Joseph Anton yang merupakan memoir dari
seorang Salman Rusdhie patut menjadi buku yang kita nikmati, jika ingin
mengenal lebih dekat dan mengetahui, bagaimana Rusdhie memandang kehidupannya?
Post a Comment: