Mencari Atau Menjadi Zadig
“Manusia menilai semua hal tanpa mengerti satu hal pun” kalimat itu membuat saya berhenti sejenak lalu tersenyum. Membaca Zadig karya Volt...
“Manusia menilai semua hal tanpa mengerti satu hal pun” kalimat itu membuat saya berhenti sejenak lalu tersenyum. Membaca Zadig karya Voltaire membuat saya merasa wajib untuk menuliskan beberapa hal penting. Awalnya, ada dua hal yang membuat saya tertarik untuk membaca Zadig. Pertama, karena saya tertarik dengan karya Voltaire setelah membaca Si Lugu. Kedua, karena Zadig banyak menceritakan tentang kebijaksanaan (skripsi saya tentang kebijaksaan, membuat saya selalu tertarik dengan hal-hal yang menjelaskan konsep itu). Memang benar, bahwa dalam karyanya kali ini, ada banyak kebijaksanaan yang dimunculkan oleh tokoh utamanya, Zadig.
Sejak di bagian awal cerita, Zadig telah harus menerima kenyataan bahwa perempuan yang ia cintai harus pergi. Zadig mencintai perempuan bernama Semira. Namun setelah Zadig melawan dua orang asing, mata kiri Zadig terluka. Tabib mashyur pun menduga ia akan kehilangan matanya dan Semira membenci orang yang bermata satu. Padahal luka itu didapatkan setelah rela menolong Semira dari bahaya. Zadig tulus menolong Semira, namun pada akhirnya Semira pergi dan menikah dengan lelaki lain. Bagaimana perasaan Zadig saat itu?
Setelah peristiwa itu, Zadig yang diberkati dengan kejernihan pikirannya mengalami berbagai ujian. Ia dikenal kebijaksanaannya. Hingga pada akhirnya Zadig diangkat menjadi perdana menteri, dan sepanjang sejarah ia merupakan perdana menteri termuda kerajaan. Masalah selanjutnya, Zadig dan sang ratu masing-masing menyimpan rasa. Kisah Zadig berpindah dari tempat ke tempat, peristiwa ke peristiwa. Salah satu bukti kecerdikan Zadig ketika ia diminta untuk menemukan bendahara yang tepat untuk raja Serendib, Nabussan. Sang raja mengeluh jika selama ini bendahara kerajaan adalah pencuri, mereka hanya menghabiskan kekayaan istana. Zadig pun mengusulkan untuk mengadakan “Sayembara Menari.” Tentu anda akan heran, mengapa menari menjadi pilihan Zadig. Namun, sayambara itu pun berhasil menemukan bendahara yang benar-benar jujur. Jika anda penasaran, silakan baca buku Zadig.
Zadig bahkan pernah menjadi budak, dan dibagian akhir cerita ia bertemu dengan seorang pertapa yang mengajarkannya untuk jauh lebih bijak. Kalimat pembuka di atas, adalah salah satu pesan dari pertapa itu. Dalam karyanya ini, Voltaire seolah menjelaskan bagaimana dunia ini bekerja. Misalnya, “Orang-orang jahat tidak pernah berbahagia: mereka diciptakan hanya untuk menguji orang-orang baik ang amat sedikit jumlahnya dan tidak akan ada kebaikan yang lahir dari kejahatan.” Zadig nyaris mengalami titik ketika ia hendak mengutuk Tuhan. Bagaimana tidak, kecerdasan, kebijaksanaan, ketulusan kadang berujung pada malapetaka yang menyiksanya. Pada kata pengantar Zadig, Voltaire mengatakan bahwa: “Zadig adalah karya yang mengungkapkan lebih dari yang tampak diceritakan.”
Kisah Zadig dimulai dari kesialan dan disusul oleh sejumlah kesialan yang tiada henti hingga dibagian akhir cerita. Pada bagian paling terakhir, Zadig akan menjawab teka-teki yang menggambarkan bagaimana cara berpikir Zadig yang berbeda. Hari ini ketika hampir sebagian dari kita merasa dirinya benar, dan dengan mudahnya menganggap orang lain salah, saya berharap ia belajar dari kisah Zadig. “Manusia menilai semua hal tanpa mengerti satu hal pun” saya harap anda juga tersenyum membaca pesan itu.
Post a Comment: