Empat Sajak Mary Oliver
Dari empat buah puisi Mary Oliver yang saya terjemahkan bebas ini, seluruhnya bersumber dari buku yang diterbitkan pada tahun 2012, berju...
Dari empat buah puisi Mary Oliver yang saya terjemahkan bebas ini, seluruhnya bersumber dari buku yang diterbitkan pada tahun 2012, berjudul A Thousand Mornings, diterbitkan oleh Penguin (New York, NY) ISBN 978-1-59420-477-7. Saat ini, penyair asal Amerika ini telah genap berusia 80 tahun. Di lain waktu, semoga saya bisa menulis lebih banyak tentangnya.
Tiba-tiba Aku Berdiri
Aku tak tahu ke mana doa-doa pergi,
atau apa yang mereka kerjakan.
Apakah kucing berdoa, saat mereka sementara terlelap
mengantuk saat siang hari?
Apakah Tupai juga berdoa
saat hendak menyebrang jalan?
Bunga matahari? pohon ek tua yang hitam
tumbuh menjadi tua setiap tahun?
Aku tahu aku dapat melewati dunia,
sekitar pantai atau di bawah pepohonan,
dengan pikiranku yang dipenuhi banyak hal,
dari hal kecil yang tak penting, penuh
dengan mementingkan diri. Masa ketika aku tak dapat
dikatakan benar-benar hidup.
Apakah doa adalah hadiah, atau petisi,
atau apakah itu penting sama sekali?
Bunga matahari menyala, mungkin itu cara mereka.
Mungkin kucing tertidur lelap. Mungkin tidak.
Sementara aku tengah berpikir, tiba-tiba aku berdiri
hanya di luar pintu, dengan buku catatanku terbuka,
yang merupakan caraku memulai setiap pagi.
Kemudian burung kecil di semak berduri mulai bernyanyi.
Dia jelas dipenuhi dengan antusiasme,
Aku tak tahu mengapa. Namun, mengapa tidak.
Aku tidak akan membujukmu dari apa pun yang kau percaya
atau apa pun yang kau lakukan tidak. Itu urusanmu.
Tapi aku berpikir, dari nyanyian burung kecil ini, disebut apa lagi semua itu jika
bukanlah sebuah doa?
Jadi aku hanya mendengarkan, penaku di udara.
Tukang Kebun
Apakah hidupku cukup?
Apakah cintaku cukup?
Apakah aku telah melakukan hal baik, haruskah aku
tiba dalam kesimpulan apa pun?
Apakah pengalaman kebahagiaanku dengan rasa syukur cukup?
Apakah aku bertahan dalam kesendirian yang penuh berkah?
Kukatakan ini, atau mungkin aku hanya berpikir tentang itu.
Sebenarnya, Mungkin aku berpikir terlalu banyak.
Kemudian aku melangkah menuju kebun,
di mana seorang tukang kebun, yang berkata hendak menjadi sederhana
mengurusi anak-anaknya, bunga-bunga mawar.
KEBODOHAN? BUKAN, INI BUKAN KEBODOHAN
Terkadang aku menghabiskan sepanjang hari demi mencoba menghitung dedaunan pada sebatang pohon. Untuk melakukan ini aku harus memanjat cabang demi cabang dan menulis angka-angka di sebuah buku kecil. Maka jelas bahwa, dari sudut pandang mereka, ini beralasan bagi teman-temanku mengatakan: Sungguh bodoh! Lagi-lagi, kepalanya sedang ada di atas awan.
Tapi tidak. Tentu aku harus berhenti tapi kemudian aku setengah gila dengan segala keajaibannya - limpahan daun demi daun, keheningan cabang-cabang, rasa putus asa atas usahaku. Dan aku dalam kenikmatan dan di sebuah tempat penting, tertawa terpingkal - pingkal, penuh doa semesta.
Lelaki Yang Memiliki Banyak Jawaban
Lelaki yang memiliki banyak jawaban
seringkali kita dapati
di pusat informasi bioskop
di mana ia memberi usulan, dengan murah hati
serta kesimpulan yang mendalam.
Sementara lelaki yang memiliki banyak pertanyaan,
menghibur dirinya sendiri, ciptakan sebuah lagu.
1 comments :
cek
Reply