Charles Bukowski dan Sejumlah Puisinya
Saya menerjemahkan beberapa puisi dari Charles Bukowski. Setelah beberapa hari ini saya membaca puisi-puisinya, dalam " The People Lik...
Saya menerjemahkan beberapa puisi dari Charles Bukowski. Setelah beberapa hari ini saya membaca puisi-puisinya, dalam "The People Like Flowers At Last." Saya sendiri lupa kapan dan bagaimana saya mengenal penulis kelahiran Jerman ini. Namun, ia pun berkewarganegaraan Amerika. Ada banyak karya yang telah ia hasilkan, beberapa novelnya pun membuat saya selalu tertarik untuk mengenalnya lebih jauh. Selama ini saya hanya mengenal puisi-puisinya, tapi sudah saatnya untuk membaca karyanya dalam bentuk lain. Ham on Rye adalah novel yang sekaligus otobiografinya dapat menjadi bacaan menarik untuk mengenal Charles Bukowski.
Pada buku puisinya ini, ia banyak menuliskan tentang sejumlah hal yang ia temukan dalam kesehariannya. Di masa remaja, ia telah gemar dengan alkohol, dan tak jarang tulisannya memunculkan hal seperti itu. Beberapa puisi juga bercerita tentang penulis, seperti Albert Camus, Kafka, dan Hemingway. Ada juga puisi yang bercerita tentang penyair, puisi dan juga hal menarik tentang menulis. Juga tentang anak perempuannya. Hal utama yang membuat saya melanjutkan membaca ini adalah gaya penulisan Charles Bukowski yang menurut saya begitu khas. Juga sebagai usaha saya untuk belajar mengenal puisi.
Berikut beberapa terjemahan puisi dari buku "The People Like Flowers At Last."
salah
seorang kritikus saya
Aku belum menulis puisi
yang baik
minggu ini. Seorang perempuan berusia 15 tahun
datang dan berjalan.
“bajingan, kapan kamu bangun
dari tempat
tidur?”
sepuluh menit menjelang siang hari
aku pun terbangun dan
berjalan ke mesin tik
perempuan itu berjalan mengambil topi baseball Yankees
lalu menatap mataku.
“Jangan menatapku!” Aku
berteriak. “Aku penulis”
“Tolol” katanya lalu
pergi.
Sambil menatap selembar kertas
putih
aku mulai berpikir jika
sejumlah kritikus
lumayan benar.
Perempuan itu kembali berjalan
ke dalam ruangan
dan melihatku
“Pembual,” katanya, “Halo,
pembual.”
Aku mengabaikannya
dia mengulurkan tangan
lalu menarik jenggotku
“Hei, kapan kau melepas
topengmu?
Aku muak dengan itu”
lalu ia pergi ke kamar
mandi
dengan pintu terbuka
dan duduk di jambangan.
Ia menegang; “urrg,
urrg, urrg . . .”
Sekilas aku melihatnya.
“dengar, seharusnya
kamu menutup pintu
jika sedang melakukan
itu”
“baiklah, tutup saja
sendiri, bodoh” katanya
Aku berdiri dan
menutupnya
Aku mengerti jika
seorang penulis yang menghabiskan 2 ribu dolar
untuk memiliki ruang
gabus berlapis dibangun untuk
dirinya sendiri namun
tidak meningkatkan
kerjanya. Aku mengira
akan mengambil kesempatanku
dengan cara yang
kumiliki.
tentu
saja
berdasarkan penelitian ilmiah
terbaru
dibutuhkan waktu 325
untuk menghasilkan
sel otak
untuk berkembang.
sekarang aku menyadari
jika
sebagian besar
perempuan
yang kutemui di bar
dan pulang bersamaku ke
rumah
telah berbohong
akan
usia mereka.
selamat
jalan, kekasihku
abu yang mematikan
segalanya
kita telah melukainya
jadi potongan
merobek yang tertahan
pada lengan
pada kaki
lalu memotong organ
seksual
kemarahan ada di dalam
jantung
abu yang mematikan
segalanya
di mana pun
para pejalan kaki kini
kesulitan
mata orang-orang kian
kejam
musik terdengar semakin
hambar
abu
aku pergi dalam kesucian
abu
mulanya kita murka pada
jantung
sekarang kita kencing
di atas abu.
***
Di luar dari buku itu, Hasan Aspahani juga pernah menerjemahkan beberapa puisi Charles Bukowski.
Tantangan
Kegelapan
pandang apa yang tak
terduga
sangka apa yang tak
terkira
sepak apa yang tak
tertebak
apakah apa yang bagai
tari sebunga bunga
Saat
Sajak-sajak
saat sajak-sajak
berbanyak seribu biak
engkau sendiri
menyadari betapa secuma
yang telah engkau cipta
Burung
Biru
ada burung biru di
hatiku
yang ingin keluar dari
situ
tapi aku amat ketat
mengurungnya,
Aku bilang, di situ
saja, aku
tak akan membiarkan ada
yang melihat
kau diam di situ.
Oh
Ya
ada yang lebih buruk
daripada
sepi sendiri
tapi seringkali perlu
berdekade
untuk menyadari ini
dan lebih sering lagi
ketika engkau menyadari
sudah sangat terlambat
dan tak ada yang lebih
buruk
daripada
terlambat yang sangat.
***
Akan tetapi, terjemahan yang dilakukan memberi kesan berbeda jikalau Charles Bukowski begitu puitis dengan kalimat yang kurang sederhana. Sebab Buk dikenal dengan puisi dan karyanya yang sederhana dan lugas. Namun, terjemahan saya sendiri jelas tidak berhasil menampakkan Buk yang sebenarnya. Jadi, sebaiknya anda membaca karya asli dari Buk, Charles Bukowski.
Akan tetapi, terjemahan yang dilakukan memberi kesan berbeda jikalau Charles Bukowski begitu puitis dengan kalimat yang kurang sederhana. Sebab Buk dikenal dengan puisi dan karyanya yang sederhana dan lugas. Namun, terjemahan saya sendiri jelas tidak berhasil menampakkan Buk yang sebenarnya. Jadi, sebaiknya anda membaca karya asli dari Buk, Charles Bukowski.
Post a Comment: