Sejumlah Puisi di Akhir Pekan
Saya merasa ingin menikmati akhir pekan ini dengan seseorang atau beberapa orang. Hanya saja keinginan itu hanya sebatas angan. Saya menuli...
Saya merasa ingin menikmati akhir pekan ini dengan seseorang atau beberapa orang. Hanya saja keinginan itu hanya sebatas angan. Saya menulis beberapa puisi bagi anda yang mungkin sedang merasakan hal yang serupa dengan saya. Bagaimana pun, akhir pekan selalu membuat kita terasa lebih terbebas dan mungkin akan didatangi berbagai kebahagiaan.
MENARA MESJID
di puncak sebuah menara mesjid
seorang lelaki menertawakan ketinggian
setelah dihancurkan di sebuah kerendahan
dengan tangis amat manis
dari seorang perempuan yang mengajarinya
“langit selalu jauh dari tanah”
kakinya berayun - ayun menggoda angin
hatinya masih belum seteduh pohon beringin
Ujung Pandang, 2015
HATI SEORANG YANG TAK BERNIAT MEMILIKI
hatiku, jaring seekor laba - laba tua
menahan dan menjagamu dengan seluruh waspada
hariku, sebuah perjalanan panjang menuju tabah
bila erat kita habis oleh sesuatu lain
dari ruang dan waktu yang entah di mana
aku akan mati bersama sisa usia
yang patut kutangisi
dengan penuh kesungguhan
rasa bahagia
Ujung Pandang, 2015
PENJUAL CUACA DI UJUNG KEMARAU
dia merawat lukamu bukan lagi dengan hujan
sebab kemarau masih selalu memaksa kita
memahami segala kekeringan di semesta
kita tak pernah lahir sebagai seorang peramal
dan cuaca sejak dulu menyimpan siasat kepada langit
kau pandai menebak mataku dengan sekali senyum
tapi kau selalu gagal menakar jiwaku
setelah kutenggelamkan seluruhnya di laut
yang bermukim dikedalaman sepasang matamu
Ujung Pandang, 2015
PENCURI PALING SANTUN
jam di kamar ayahmu
berhasil kusembunyikan
kau boleh pulang kapan saja;
aku yakin dia tak pernah marah
tapi kepada pintu rumahmu
ia selalu memanggilmu dari jauh
ketukmu adalah peluk
dalam tubuhnya aku belajar
rumahmu tak pernah memintamu pergi
dari dalam detik yang kucuri dari ayahmu
Ujung Pandang, 2015
USAHA MERAYU PENYESALAN
aku santun kepadamu,
bahkan sebelum kematianku berkabar
kau hirup aroma dapur dan makanan di atas meja
pada kedua lubang hidungmu aku meminta maaf
atas sesuatu yang gagal kusembunyikan
kau sungguh pandai merayu bayanganku di malam hari,
meski ia telah pamit pulang beristirahat
kau tetap; memintanya menemanimu
memandang purnama paling sempurna
aku ingin lebih santun kepadamu;
mungkin seperti dongeng sederhana milik ibumu
yang kau rindukan setelah kau tumbuh dewasa
dan mencari sesuatu yang berarti lebih
dari hangat selimut sebelum tidur
Ujung Pandang, 2015
AJARAN SAPARDI BELUM KUSELESAIKAN
pagi itu;
aku berhasil membakar tempat tidur
aku berhasil memecahkan cermin
aku berhasil mengamuk
aku berhasil berteriak keras,
tapi aku tak pernah mampu menangis lirih
sendiri
di lorong sepi
di hujan rintik - rintik
dan orang - orang masih selalu bertanya kenapa.
Ujung Pandang, 2015
2 comments
Saya menunggu postingan terbaru kk...sy penggemar :) semangat kak..
Replyterima kasih Dina :)
Reply