Ben Okri dan Azaro dalam Jiwamu
Suatu waktu, aku ingin belajar sendiri. Aku tak ingin membaca atau pun menulis, aku hanya ingin benar - benar merasa sendiri. Beberapa...
Suatu waktu, aku ingin belajar sendiri. Aku tak ingin membaca atau pun menulis, aku hanya ingin benar - benar merasa sendiri.
Beberapa bulan terakhir ini, aku menikmati hidup yang pernah kubayangkan ketika aku masih duduk di bangku kelas 5 SD. Aku ingin selalu melihat kesunyiaan yang kuanggap lebih istimewa dari apa saja. Bahasa batu atau pun bahasa tanah, adalah bagian dari sesuatu yang sulit untuk diterjemahkan tapi aku tetap ingin. Mereka berhasil menjadi penghuni Bumi yang ramah dan baik. Sedangkan apa yang aku alami dan sebagian manusia lainnya gagal mendapat predikat baik. Ditemani karya Ben Okri yang bercerita tentang anak yang terjebak di alam roh, Azaro namanya. Ceritanya semakin membuat pikiranku berantakan. Itu pula yang mungkin membuat aku seringkali membayangkan cerita yang lebih jenaka dari pada cerita yang sering kualami selama ini. Di hal yang menyedihkan, selalu ada yang bisa ditertawakan.
Ben Okri menuliskan di bab awal bukunya "The Famished Road", bahwa alasan bayi menangis ketika baru pertama kali lahir di Bumi, itu karena roh mereka bersedih karena harus berada di dunia yang penuh dengan kerumitan. Sedangkan di alam roh, semakin bahagia roh, maka semakin cepat pula ia dilahirkan menuju Bumi. Bagaimana dengan Bumi? Apakah semakin kita menderita kita akan semakin cepat meninggalkan Bumi? Ataukah, semakin kita bahagia, semakin cepat pula kita menuju dunia yang baru?
Jika kepala kita mampu menjadi ruang baru, hidup akan terasa jauh lebih menggembirakan. Dunia saat ini malah sedang berupaya mempersempit ruang yang kita miliki, sehingga perasaan selalu dihantui dengan ketidakcukupan. Entahlah, sampai hari ini, diri kita hanya misteri yang tak satu pun manusia mengerti sepenuhnya, termasuk diri kita sendiri. Pada akhirnya, saya mulai berpikir jika cerita tentang anak dan segala keajaiban yang dimiliki, mampu menjadi awal sekaligus akhir dari indahnya kehidupan yang Tuhan ciptakan.
Tuhan sendiri, dan aku mengira dikesendirian itu ada sesuatu yang menyenangkan. Tapi manusia, tak pernah benar - benar mampu sendiri.
Post a Comment: