Petak Umpet
Waktu tak ubahnya anak kecil yang masih terus bermain petak umpet. Dan saya selalu menjadi penjaga yang selalu ragu untuk menghentikan hitu...
Waktu tak ubahnya anak kecil yang masih terus bermain petak umpet. Dan saya selalu menjadi penjaga yang selalu ragu untuk menghentikan hitungan untuknya. Anak kecil itu bersembunyi di tempat yang sungguh sulit ditemukan. Bahkan, saya tak pernah tahu cara menghentikan hitungan ini. Pantas saja, dia mampu menemukan tempat yang tak pernah terpikirkan. Mata saya tertutup atau hanya menghadap pada tembok, pohon, atau apa saja yang membantu saya untuk belajar lebih jujur. Juga untuk membiarkan anak itu bersembunyi dengan tenang, sembari saya dengan santai tetap berhitung.
Pertanyaan yang akan berusaha mengganggu saya adalah, "Apakah saya akan menemukannya?"
Bagaimana jika waktu bukanlah sesuatu yang mestinya saya temukan? Melainkan tembok tua dengan warnanya yang tak lagi cerah. Atau pohon dengan batang yang cukup kekar, tempat saya berdiri dan menghitung dengan suara sekeras mungkin. Jika itu terjadi, saya akan terbakar, seperti aturan pada permainan petak umpet. Akan ada yang tertawa, di saat yang sama mungkin saya akan berusaha untuk menertawakan diri saya sendiri.
Jika ada kemungkinan atau lebih tepatnya pilihan lain dari petak umpet, saya ingin apa yang saya cari datang mengalahkan saya. Dia datang mengendap-endap dan menyentuh tempat saya sambil berkata "Hong". Dan pada akhirnya, saya kembali berhitung dan permainan kembali di mulai. Mungkin saja karena saya malas mencari, dan lebih senang menunggu apa yang seharusnya datang mengganggu.
Cobalah berhitung dari 1 sampai 10, dan saya akan memberi tahu tempat persembunyianku yang sebenarnya. Kau boleh memulainya setelah berhenti memikirkan semua ini. Sebab sesungguhnya, saya tak pernah menyukai permainan petak umpet. Saya selalu gagal menyembunyikan diri saya atau bahkan sebaliknya. Saya terlalu pandai menghilangkan diri dari pencarian waktu. Pada suatu waktu, kelak akan ada tempat yang memperbolehkan saya tertawa sambil menyembunyikan kesedihan. Setelah saya gagal menyembunyikan kesombongan untuk jujur bahwa saya menyembunyikan diri saya dari waktu.
Waktu tak ubahnya anak kecil yang masih terus bermain petak umpet. Di saat saya hendak berhenti, dia berhasil memanggil anak kecil yang begitu pandai menjadi penjaga untuk sesuatu yang mencari dan dicari.
Cobalah berhitung dari 1 sampai 10, dan saya akan pergi bersembunyi ke tempat yang kau inginkan tahun ini.
3 comments
Perdana mampir, dan suka banget tulisannya!!!!
ReplyAnalogi yang dipakai bagus sekali, boleh saya remake post ini untuk jadi sebuah karya fiksi?
Terima kasih :)
Terima kasih telah berkunjung, salam kenal :)
ReplyTentu boleh jika tulisan di atas bisa membantu kamu untuk menulis karya yang lebih baik.
Baru mampir udah suka sama cerita dan tulisannya :)
Reply