Kepada Ingatanmu
Kepada Ingatanmu, Saat menuliskan ini, ada hujan yang menenami. Hujan itu, mungkin bukan siapa – siapa untukmu, namun berbeda untukku. ...
Kepada Ingatanmu,
Saat menuliskan ini,
ada hujan yang menenami. Hujan itu, mungkin bukan siapa – siapa untukmu, namun
berbeda untukku. Sore ini, aku mengirimkan sejumlah keinginan baru untukmu.
Setidaknya, hujan sore ini membuatku belajar untuk berani untuk kembali
menemuimu di sini. Di dalam catatan yang tidak ingin kupanjangkan, sebisa
mungkin akan jauh lebih singkat dari biasanya.
“Kita mungkin adalah
orang – orang yang mudah dilupakan” aku mengatakan itu untuk diriku sendiri.
Namun, bagaimana dengan ingatanmu? Bagaimana kabar perasaanmu kelak, jika aku
bertanya atau sekedar menjelaskan pernyataanku itu. Menuliskan semua ini, akan
menjadi satu cara untuk tidak dilupakan begitu saja. Terlebih, kutuliskan ini
untuk ingatanmu.
“Berapa kali aku mampu
masuk dalam ingatanmu?”
Mungkin sebelum kau
tertidur, kau mengingatku. Mungkin sebelum kau datang menemuiku, kau
membayangkan senyumku, menerka warna baju yang kukenakan. Mungkin juga, sebelum
kau meninggalkan aku semua yang ada dalam ingatanmu itu akan dengan mudah
sirna. Maka, semoga ingatanmu tak begitu sombong untuk tidak menerima suratku
ini.
Aku belum mampu
mengurung ingatanmu, seperti kau mengurung ingatanku dalam hadirmu. Kau mungkin
tak akan mampu menerka, siapa dan bagaimana aku setelah kau pergi dan melupakan
ingatanmu tentang seorang yang ada dalam diriku. Semua ini, suatu waktu akan
kau baca untuk mengingatkan dirimu sendiri. Bahwa aku pernah mencoba untuk
mengingatkan ingatanmu, sebelum kau benar – benar melupakan aku di ingatanmu.
Ingatlah, aku seorang
lelaki yang akan belajar keras untuk tidak mengingat semua yang tak harus
kuingat tentangmu. Jika hal – hal buruk nantinya akan terjadi dan memaksaku
untuk mengenal kata “melupakan”.
Di luar sana, mungkin hujan
sedang menertawakanku.
Salam untukmu, untuk
ingatanmu.
Post a Comment: