Berada Dalam Dongengmu
Kepadamu, Di akhir bulan ini, aku menumbuhkan satu keinginan. Setiap kali aku memiliki sebuah keinginan baru, aku senang mengutuknya. ...
Kepadamu,
Di akhir bulan ini, aku menumbuhkan satu keinginan. Setiap kali aku memiliki sebuah keinginan baru, aku senang mengutuknya. Memikirkan bahwa semua itu adalah hal yang mustahil. Aku sungguh seorang yang sangat pesimis. Namun kali ini, aku tengah belajar menjadi seorang yang optimis. Bukan berarti bahwa pesimis adalah hal yang tak baik, tapi untuk keinginan ini, aku mencoba cara yang berbeda. Optimis yang tak sepenuhnya melupakan pesimis.
"Aku ingin kau menulis dongeng" pintaku.
Sebelum tidur, kau tentu bebas untuk memulai meletakkan pikiranku di tulisan - tulisanmu. Kelak, jika aku tertidur selamanya, mungkin aku mampu untuk hidup sekali lagi dalam tulisanmu atau hanya dalam ingatanmu. Aku juga ingin kau menjadikanku sebuah dongeng panjang untuk orang - orang yang kau sayang. Kau akan senang membacanya, membiarkan siapa pun membacanya. Itu pun jika kau mengiyakan permintaanku itu. Kau tentu saja boleh menolak permintaanku itu.
Dari permintaan itu, kau tentu mengerti bahwa aku adalah seorang yang sangat takut dilupakan. Aku juga percaya, bahwa sesungguhnya dengan mudah orang sepertiku dilupakan. Sehingga, permintaan seperti ini mungkin adalah sebuah pertahanan diri (defence mechanisms). Untukmu, aku tak perlu berpanjang lebar untuk menjelaskan istilah itu. Setidaknya, kita patut berterimakasih kepada Sigmund Freud yang telah melahirkan atau mengenalkan kita pada konsep defence mechanisms-nya.
Kita, mungkin tak akan pernah bertemu lagi setelah kuhabiskan surat ini dan kuputuskan bunuh diri. Namun tidak, selagi aku belajar menjadi optimis, kemungkinan itu akan kubunuh lebih dulu. Aku akan selalu datang menemuimu, dengan cara apapun. Seperti halnya saat aku menulis surat ini. Kau datang atau tidak, tak mengapa. Suatu waktu, kau akan datang dan melihatku dan keinginanku yang cukup panjang untukmu.
Percayalah, seluruhnya tentang tulisan - tulisanku bukanlah sebuah dongeng panjang. Melainkan sebuah jalan yang sedang kutempuh untuk melumpuhkan ketakutanku melawan dunia. Aku tak pernah berharap kau akan datang menemani, tapi aku juga sedang berharap. Kadang, pikiran seperti ini membuatku sedikit kecewa pada diriku sendiri. Kau seorang yang optimis, buatlah dongeng tentang anak lelaki sepertiku. Aku ingin jadi pemeran utama dalam tulisanmu.
Dongeng sebelum tidur: ada seseorang yang membacakanmu sebuah dongeng malam ini, esok dan seterusnya. Tidurlah!
Surat ini boleh kau jadikan bahan dalam dongengmu.
Terima kasih kekasih!
Post a Comment: