Surat: Kepada Diri Sendiri
1 Oktober 2014, 12:12 AM Selamat memasuki bulan baru yang di dalam ingatanmu, selalu ada hal sedih yang kau rayakan. Beberapa tahun yan...
1 Oktober 2014, 12:12 AM
Selamat memasuki bulan baru yang di dalam ingatanmu, selalu ada hal sedih yang kau rayakan. Beberapa tahun yang lalu, di bulan ini, kau senang melakukan hal yang tak seorang pun tahu tentang itu. Kau menyebutnya sebagai perayaan.
Hari-hari di bulan September kemarin, begitu mengkhawatirkan. Aku sadar, jika langkahmu tengah terperangkap pada sejumlah bayang-bayang. Setiap hari kau menunggu senja, menangkap ketakutan-ketakutanmu yang semakin liar. Tubuhmu tak begitu kuat di bulan ini, jantungmu harus bekerja lebih keras, dan nyala dari keinginanmu kadang redup tiba-tiba. Entah apa yang membuatnya masih bertahan hingga detik ini.
Aku penulis surat yang entah di mana, namun ingin menemuimu di saat paling sepi. Di kamarmu, buku-buku kau hamburkan, kertas-kertas bekas kau jadikan hiasan. Ibumu tak henti menanyakan kabarmu, juga skripsi yang tengah kau jaga dan pelajari dengan teliti. Tidak sepenuhnya teliti, bagiku kau masih bermain-main dan dipenuhi ketakutan.
Sebuah keberuntungan, kau bertemu dengan orang-orang yang baik. Yang senantiasa mengajakmu untuk tidak berhenti memikirkan kehidupan yang lebih baik. Kau hendak menjadi orang baik, namun selalu merasa tidak baik. Dipenuhi dengan pikiran-pikiran usang yang kau balut rapi dengan cemas. Seakan-akan hidupmu hanyalah sejumlah cemas yang terkemas rapi, dan kau jadikan hiasan.
Upaya untuk tetap berjalan, dan tidak berhenti sepatutnya kau syukuri. Di masa lalu, kau gagal berkali-kali dan masih membiarkan kegagalan itu mengusik. Itu sesuatu yang menarik, namun jika berlebihan, tentu akan menjadi cara yang ampuh untuk membunuhmu perlahan-lahan. Apalagi, ketika kau membiarkan pikiranmu terus tumbuh sebagai kepenatan yang abadi.
Kau berpeluang mati bunuh diri, merayakan kegilaanmu dan membiasakan diri melakukan hal-hal yang di luar pikiranmu sendiri. Eksperimen-eksperimen konyol yang kau lakukan, mungkin akan berarti namun di satu sisi mungkin akan membahayakanmu. Seperti itulah permainanmu, kau begitu lelah dengan dirimu sendiri. Seharusnya, ada hal yang selalu kau lahirkan setiap pagi.
Jika aku mengatakan bahwa kau adalah seorang yang lemah, mungkin dengan mudahnya kau akan meng-iya-kan. Segala yang kau bangun, dengan mudahnya kau lupakan atau kau tanggalkan hanya persoalan kalah dan lelah. Masa lampau adalah jalan menuju masa selanjutnya, dan mungkin kau akan belajar dari kesalahan yang sepenuhnya tak kau harapkan. Namun, hidup seperti itu adanya.
Hidup kita ini, mungkin hanyalah tentang belajar menghentikan dan dihentikan. Juga tempat melihat hal-hal berhenti dan terus berlanjut. Ada sejumlah hal yang patut untuk dihentikan, ada pula yang patut untuk dilanjutkan, Kita tidak akan berhenti menemukan hal seperti itu selama hidup. Bahkan, mungkin dalam kematianmu, kita masih akan bertemu dengan kondisi seperti itu. Berhenti, mungkin saja adalah cara membunuh keinginan pada sesuatu yang hendak kita temui.
Berhentilah untuk sesuatu yang pantas kau hentikan, lanjutkan sesuatu hal yang semestinya kau jalani. Sesungguhnya, aku tak ingin berhenti menuliskan kata demi kata. Aku ingin bertanya dan bercerita lebih panjang lagi. Namun surat ini, mungkin akan kau temui dalam waktu-waktu tertentu. Hari paling sedih dalam hidupmu akan kau kenang dalam beberapa hari ke depan.
5 Oktober 2004, di sore yang memintamu untuk lebih banyak diam dan meminta kematian datang lebih cepat. Hari itu, seorang yang menghabiskan waktunya untukmu, harus menghentikan upayanya untuk mencintaimu. Namun, kau selalu percaya jika kematian adalah sesuatu yang indah. Sebuah titik kebebasan yang membenarkan bahwa kita benar-benar telah hidup.
Kematian kakekmu, harus kau rayakan dengan datang dan bercerita di makamnya. Mungkin dengan itu, kau bisa melihat masa kanak-kanakmu yang riang. Hiduplah untuk menghidupkan kehidupan. Jika belum waktunya kau tiada di dunia ini, teruslah hidup sebagaimana mestinya. Kau akan tahu keinginan Tuhan sepenuhnya, dengan berlaku baik untuk dirimu sendiri. Setelah itu, kau temukan kebaikan lain yang Tuhan titipkan pada semesta.
Selamat malam Wawan, Oktober ini menginginkan kau menjadi apa yang semestinya semesta impikan dari dirimu. Semoga kau tetap berada dalam lindunganNya. Aku selalu mencarimu, namun aku juga belum mampu mengenalmu, juga kau yang tak pernah mengenal dirimu sepenuhnya. Hiduplah untuk semua itu,
Makassar, Batua Raya 7 No.16
2 comments
Mantaaap
Reply