Mengunjungi Kesendirian dan Waktu
Di akhir pekan ini, saya merasa diculik oleh seseorang yang ada dalam diri saya. Saya berusaha mengenalnya dengan baik. Dua hari ini, saya ...
Di akhir pekan ini, saya merasa diculik oleh seseorang yang ada dalam diri saya. Saya berusaha mengenalnya dengan baik. Dua hari ini, saya bersenang-senang di rumah, di dalam kamar, di halaman rumah, di depan lemari buku, dan permainan yang kuciptakan untuk diriku sendiri. Dua hari ini, saya merasa sedang belajar menjadi egois. Setiap akhir pekan mungkin akan saya habiskan dengan cara seperti itu, saya menikmati kesendirian yang memperdengarkan bunyi dari kesunyiaan.
"Kesendiriaan adalah tempat yang baik untuk dikunjungi, namun buruk untuk ditinggali." Seperti itu yang dikatakn Josh Billings, pria kelahiran 21 April 1818. Seseorang yang menculik saya seakan mengajak saya untuk melihat kesendirian sebagai tempat yang layak huni. Beruntung saya bertemu dengan kalimat John Billings yang kutemui di buku yang beberapa hari ini menemaniku, "The Introvert Advantage". Akan tetapi, saya merasa jika buku itu sendiri yang menghadirkan seseorang baru dalam jiwaku yang belajar untuk membuatku memahami kedalaman dari sebuah kesendirian.
Sekarang, saya sedang duduk ditemani dua buah buku sambil menuliskan beberapa hal, memperhatikan dua buah motor yang terpakir di sampingku. Satu buah bentor milik tetangga yang diparkir di depan rumah, memperhatikan dua pohon mangga di halaman, juga melihat tumpukan bata yang hancur, sisa dari bangunan yang sedang direnovasi. Tumpukan itu ada, karena pamanku sedang mengerjakan renovasi rumah pelanggannya. Saya tak tahu mengapa ada tumpukan seperti itu, saya belum sempat menanyakannya.
Tumpukan itu berantakan, saya merasa pikiranku juga mungkin sedang berantakan seperti itu. Tapi kuharap tidak, di hari Minggu ini, saya punya sejumlah rencana yang ingin saya tuliskan. Saya juga berencana menghabiskan buku karangan Hector Malot. Saya mendapatkan buku itu tepat saat dia berulang tahun, tanggal 20 Mei. Hector Malot dilahirkan pada tanggal 20 Mei 1830. Sebuah kebetulan yang menyenangkan, seolah ada syarat lain agar saya segera membaca bukunya. Dia adalah pengarang Prancis yang lahir di La Bouille, Seine Maritime. Konon, buku yang sedang saya baca adalah karangan terbaiknya dan karangan yang paling terkenal, yakni Sans Familie (Nobody's Boy).
Catatan ini akan menjadi bagian dari Patrimonio. Patrimonia adalah label itu saya gunakan untuk sejumlah catatan yang saya tulis bebas, di berbagai tempat, sebagai upaya untuk mengajarkan diri saya belajar untuk menulis lebih baik. Selanjutnya, saya akan menuliskan Patrimonio agar lebih bermanfaat, bukan sekedar menulis bebas tanpa ada tujuan. Saya akan memaknai kebebasan lebih baik dari sebelumnya. Dalam catatan ini pun, saya masih merasa belum ada hal yang bermanfaat, melainkan pesan untuk diri saya sendiri. Hari Minggu selalu menjadi hari yang baik untuk membiarkan diri kita menculik dirinya sendiri.
Beberapa waktu yang lalu, saya menonton Film X-Men: Days of Futere Past, salah satu adegan yang saya senangi adalah ketika Profesor berhasil menemui dirinya di masa depan, dirinya di masa depan dan masa lalu berbincang menemukan langkah yang tepat untuk dirinya dan orang sekitarnya. Saya membayangkan bisa seperti itu, suatu hari nanti. Entahlah dengan cara seperti apa. Mungkin dalam kesendirian, ada portal yang membuat kita mengenal masa dari waktu ke waktu, melihat diri kita tumbuh menjadi diri kita sebenarnya, atau mungkin menjadi orang lain yang bisa jadi tidak akan kita kenal lagi di masa depan.
1 comments :
Great wan, cukup menginspirasi orang untuk membaca buku juga seperti kamu
Reply