Melanjutkan Janji Kemarin
Dari balik selimut, saya berusaha menyembunyikan sakit kepala yang sejak kemarin datang tiba-tiba, saya tidak ingin tahu bahwa hari ini say...
Dari balik selimut, saya berusaha menyembunyikan sakit kepala yang sejak kemarin datang tiba-tiba, saya tidak ingin tahu bahwa hari ini saya sedang mengidap masalah itu. Alhasil, pagi-pagi sekali saya membaca beberapa buku sebagai penguat bahwa hari ini saya cukup sehat untuk beraktivitas. Tapi, karena sakit kepala itu saya membatalkan rencana untuk puasa Kamis, mungkin itu pilihan yang terbaik.
Seperti hari kemarin, saya berusaha untuk menemukan hal-hal menarik hari ini. Di mulai dari pagi dan sakit yang diam-diam kusimpan dan kuanggap sebagai angin lalu saja.
“Kamu itu kurang peduli dengan kesehatanmu” seseorang pernah mengatakan itu kepada saya.
“Kalau psikis saya sehat, kesehatan saya juga sehat. Santai sajalah” itu jawaban yang sering saya gunakan namun jawaban itu adalah kekeliruan untuk saya. Lain kali, akan kugunakan jawaban yang lebih baik.
Pagi ini juga, saya mendapatkan pesan dari salah seorang dosen, ada beberapa hal yang harus diselesaikan dan juga beberapa tugas yang semestinya saya selesaikan sejak kemarin. Beberapa bulan yang lalu saya mendapat kepercayaan untuk mengajar di Fakultas Teknik dan Minggu lalu telah kurampungkan nilai tugas, mid, final dan nilai akhir. Namun baru hari ini saya akan mengumpulkannya. Sebelum mengumpul laporan nilai itu, saya menyempatkan diri untuk hadir dalam presentasi poposal penelitian yang berlangsung kurang lebih dua jam.
Dari Fakultas Psikologi, saya menuju Fakultas Teknik. Jika kemarin kuanggap hari mendung, maka hari ini telah berubah jadi hari hujan. Lima menit saya meninggalkan parkiran, tiba-tiba hujan turun dengan amat deras. Saya berteduh dan memasang jas hujan, namun karena hujan siang tadi teramat deras maka kuputuskan untuk berteduh sejenak. Bila memungkinkan, maka akan saya lanjutkan. Sekitar dua puluh menit menikmati hujan dengan mengenangkan jas hujan, saya sempat berniat mengeluarkan catatan kecil dan pulpenku. Saya ingin menulis puisi tentang hujan, tapi saya tiba-tiba merasa bosan lantaran Minggu ini puisi-puisiku bertema hujan. Kubatalkan keinginanku itu.
Hujan perlahan reda, saya berangkat dan akan segera menyelesaikan tugas.
Sakit kepala yang sembunyikan, sepertinya benar-benar bersembunyi dan hilang entah kemana.
*
“Mati satu tumbuh seribu”
Tugas ini selesai, tugas itu datang. Saya mulai belajar untuk menepati janji yang kemarin gagal terlaksana, janji kepada diri sendiri. Saya menulis perihal apa yang telah saya dapatkan selama dipercayakan mengajar, saya juga kembali berbicara dengan diri saya sendiri. Di pertemuan terakhir, saya memberikan selebaran kritik dan saran untuk mereka, saya senang membaca lembaran-lembaran itu. Kritikan dan saran yang membuat saya bisa belajar membaca diri saya sendiri.
Setelahnya, saya melanjutkan tulisanku yang tertunda, tulisan tentang laptop pertamaku CQ40 yang bulan ini akan saya simpan di museum pribadi saya. Kelak, jika saya sudah punya rumah pribadi, akan kusediakan ruang khusus dan kuberi nama “Museum Khatulistiwa” benda-benda yang melintang di setiap jejak yang saya lalui akan terkenang dan terjaga. Ruang ini juga yang jadi bukti, bahwa saya adalah manusia yang menyukai dunia bernama “kenangan”.
Hari ini, saya ingin belajar untuk mulai memperhatikan masalah kesehatan dan juga, saya akan selalu belajar untuk menepati janji, terlebih pada diri sendiri. Apa kamu juga sudah melakukan hal yang sama?
2 comments
Saya akan melakukannya wan.
ReplyTapi, kamu ngajar, serius?
visit back CARAMU BERBEDA
hmm, kenangan memang indah, tapi ada baiknya hanya barang tertentu saja yang masih disimpan. saya inget dulu saya juga gitu, nyimpenin barang-barang yang saya anggap kenangan. jadinya kamar selalu penuh dengan barang. ga kebayang aja nanti kalo ada rasa ga tega tiap kali mau beberes. mungkin karena itu juga saya butuh temen kalo beberes. biar ada rasa tega meski kenangan itu tetep ada di hati. ya namanya juga kenangan, ga bakalan dilupain, tapi secukupnya aja.
Reply