Kembali Menemui Carl Gustav Jung

Saya baru saja menghabiskan segelas susu hangat di sebuah warung kopi yang penuh dengan asap rokok serta perbincangan politik partai ini dan itu. Ada yang mengganjal ditenggorokanku, saya seperti ingin memuntahkan sesuatu. Perasaan saya kurang baik meskipun sebenarnya saya menikmati segelas susu hangat itu. Sudah hampir dua jam saya duduk di tempat ini, saya membaca, melihat orang-orang sekitar, mendengarkan rekaman bahasa Spanyol, download ebook, dan mengecangkan volume musik lalu menulis. Semua itu saya lakukan bergantian, tergantung kondisi di dalam jiwa. Mengertilah. 

Hari ini saya banyak menghabiskan waktu di hadapan rak buku kode 800 dan 155 di perpustakaan, hari ini perpustakaan sepi. Hanya ada Pak Fahri yang menemani dengan cerita-ceritanya yang membuat hari ini jauh lebih baik. Kami berbincang-bincang cukup lama, membahas headline surat kabar, banjir, pemilu 2014, peringkat kampus, dan juga tentang mimpi-mimpi di masa depan. Salah satu hal yang menyenangkan di Psikologi adalah bertemu dan mendengarkan cerita-cerita dari beliau, saya banyak belajar dari apa yang beliau bagi.

Sebelum meninggalkan perpustakaan, saya meminjam buku yang ditulis Carl Gustav Jung. Ini karena kemarin, saya tiba-tiba mengingatnya dan menuliskannya beberapa paragraf. Sepertinya saya ingin lebih banyak berbincang dengannya, melalui buku yang ditulis sebelum Jung tutup usia. 

Saya yakin ada banyak cerita yang juga akan dia bagi, di bukunya “Memories, Dreams, Reflections”



Saya juga berharap sebelum tutup usia ada buku yang bisa saya tuliskan, serupa dengan “Memories, Dreams, Reflections” . Buku itu ditulis di musim semi 1957, tepat saat dia berusia delapan puluh satu tahun. Di buku ini pula saya kembali bertemu dengan istilah-istilah yang saya sukai saat masih semester awal, seperti persona, arkhetip, anima dan animus.

Selain itu, ada beberapa surat antara Freud dan Jung di bagian terakhir. Ini menyenangkan bagi saya yang berprofesi sebagai penulis surat. Membaca surat adalah hobi yang menyenangkan. Apalagi surat yang telah berusia lebih tua dibandingkan dengan usia saya. Ada pikiran yang aneh di kepalaku saat membaca percakapan mereka melalui surat, mereka orang yang aneh, namun saya merasa lebih aneh dari mereka. Entahlah!

Bila mesin waktu tak dapat diciptakan, mungkin buku bisa menjadi pintu untuk berbincang dengan mereka di masa lampau dan memanggilnya sejenak untuk melihat masa depan. Selepas tulisan ini saya posting, saya akan melanjutkan bacaanku. Malam ini akan jadi lebih panjang.

C.G Jung - “Hanya melalui jiwalah kita bisa membuktikan bahwa Tuhan bertindak di dalam diri kita. Tapi kita tidak bisa membedakan apakah tindakan-tindakan tersebut berasal dari Tuhan atau dari alam bawah sadar adalah dua entitas yang berbeda. Keduanya adalah konsep perbatasan bagi muatan-muatan transcendental. Namun secara empiris dapat dibuktikan bahwa di dalam alam bawah sadar terdapat suatu arkhetip keseluruhan yang memanifestasi diri secara spontan di dalam mimpi-mimpi, dan sebagainya, dan sebuah kecendrungan untuk mempertalikan arkhetip lain pada pusat ini”

Apakau mengerti tentang arkhetip? Lain kali saya akan membahasnya dan sedikit menggugat C.G Jung. Mungkin.


Halo, Saya Wawan Kurniawan. Terima kasih telah berkunjung.

2 komentar:

  1. keren... ingin pinjam bukunya nih... hehehe
    salam kenal mas..

    BalasHapus
  2. @agha maruf Salam kenal, :) Anak psikologi ya? Saya udah jalan-jalan ke blognya mas

    BalasHapus