Sistem Sanita: Solusi Permasalahan Diare dan Langkah Mencapai MDGs


Perilaku kebersihan merupakan sebuah tinjauan yang mesti kembali diperhatikan secara seksama. Salah satu perilaku kebersihan yang kemudian patut untuk ditingkatkan adalah sanitasi demi menjaga kebersihan air untuk dapat dikonsumsi dengan sehat. Laporan dari UNICEF Oktober 2012 menyatakan bahwa perilaku kebersihan yang buruk serta air minum yang tidak aman berkontribusi terhadap 88 persen kematian anak akibat diare di seluruh dunia. Jika diare terus berkembang dan menyerang anak-anak, maka jelas masalah ini akan berdampak pada perkembangan atau kualitas sumber daya manusia yang kita miliki. Kita tidak akan memiliki generasi produktif yang dapat membawa kondisi bangsa menjadi lebih baik di masa yang akan datang.  

Di Indonesia, diare masih merupakan penyebab utama kematian anak berusia di bawah lima tahun. Laporan Riskesdas 2007 menunjukkan diare sebagai penyebab 31 persen kematian anak usia antara 1 bulan hingga satu tahun, dan 25 persen kematian anak usia antara satu sampai empat tahun. Angka diare pada anak-anak dari rumah tangga yang menggunakan sumur terbuka untuk air minum tercatat 34 persen lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak dari rumah tangga yang menggunakan air ledeng, Selain itu, angka diare lebih tinggi sebesar 66 persen pada anak-anak dari keluarga yang melakukan buang air besar di sungai atau selokan dibandingkan mereka pada rumah tangga dengan fasilitas toilet pribadi dan septik tank.

Laporan Bank Dunia menyatakan pelayanan sanitasi di Indonesia masih buruk. Bank Dunia merilis laporan mengenai sanitasi perkotaan pada Selasa malam, 29 Oktober 2013 di Hotel JW Marriott, Jakarta. Dalam laporan Bank Dunia tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai belum diimbangi peningkatan pelayanan sanitasi. Hanya 5 persen lumpur tinja dan 1 persen air limbah yang dihasilkan masyarakat yang dikumpulkan dan diolah dengan benar. Bank dunia juga mencatat sekitar 14 persen penduduk perkotaan masih buang air besar sembarangan.

Pada dekade-dekade sebelumnya, Indonesia telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam meningkatkan akses terhadap persediaan air bersih dan pelayanan sanitasi. Air bersih dan sanitasi merupakan sasaran Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) yang ketujuh dan pada tahun 2015 diharapkan sampai dengan setengah jumlah penduduk yang tanpa mengalami penurunan dari 63 persen pada 2010 menjadi 28 persen pada tahun 2007, menurut Riskesdas. Dalam masalah tersebut dapat dipecahkan dengan menggunakan system Sanita. Sistem Sanita adalah sebuah siklus yang mengolah tinja dan urine manusia sebagai sumber daya, tinja berproses sampai terbebas dari mikroba patogenik, tinja yang telah tersanitasi di siklus ulang untuk keperluan pertanian (pemulihan dan penggunaan kembali nutrisi).



Pada dasarnya, air limbah mengandung unsur-unsur yang hampir sama dengan air bersih di daerah bersangkutan dan ditambah dengan beberapa impuritis lainnya yang berasal dari proses yang menghasilkan limbah tersebut.  Pada dasarnya air limbah mengandung solid (baik yang terlarut maupun yang tersuspensi) sekitar 1.000 mg/L, berarti 0,1% dari berat air. (Medawaty dan Pamekas, 2011)

Metcalf dan Eddy (Medawaty dan Pamekas, 2011) berdasarkan teori, pengolahan air limbah ditujukan untuk menghilangkan bahan pencemar baik senyawa organic maupun senyawa anorganik. Di dalam metoda pengolahannya umumnya dilakukan dengan cara pengelohannya umumnya dilakukan dengan cara pengolahan secara kimia untuk menghilangkan senyawa anorganik, sedangkan untuk penghilangan bahan pencemar organik biasanya dilakukan dengan proses biologis atau biokimia.

Diare adalah gejala umum infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh berbagai pathogen, termasuk bakteri, virus, dan protozoa. Namun hanya beberapa organism yang dapat menyebabkan diare akut pada anak-anak. Rotavirus adalah penyebab utama diare akut dan bertanggung jawab atas 40 persen kasus diare pada anak yang ditangani oleh rumah sakit. Pathogen bacterial lainnya meliputi E. coli, Shigella, Campylobacter, dan Salmonella, bersama dengan V. cholera saat terjadi epidemi. Kebanyakan pathogen penyebab diare menular melalui cara yang sama, yaitu dari kotoran seseorang ke mulut orang lain, atau biasa disebut faecal-oral transmission. Hal ini bisa terjadi saat pathogen dari kotoran mencemari air atau bahan makanan yang kemudian dikonsumsi.

Dengan semakin besarnya akses terhadap air bersih dan sanitasi yang baik, tingkat kematian akibat diare ini dapat ditekan. UNICEF dan WHO dalam laporannya mengungkapkan bahwa pada tahun 2010 dunia telah berhasil mencapai target MDG dalam hal akses terhadap air bersih. Lebih dari dua miliar orang telah mendapatkan akses air bersih dari tahun 1990-2010 dan penduduk dunia yang masih memanfaatkan sumber air tak sehat diperkirakan tinggal 11 persen, menurun lebih setengahnya dari 24 persen pada 1990. Hampir 6.1 miliar jiwa atau 89 persen dari populasi dunia telah mendapatkan akses terhadap air bersih pada tahun 2010. Sementara untuk target sanitasi memang belum tercapai, namun perkembangannya bersifat positif. Secara global, 63 persen penduduk dunia telah menggunakan fasilitas sanitasi yang memadai, meningkat hingga hampir 1.8 miliar jiwa sejak 1990. Dengan rata-rata tingkat pertumbuhan saat ini, pada 2015 kita akan dapat mencapai cakupan 67 persen.


Memang cara terbaik untuk mencegah diare adalah dengan meningkatkan akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi yang memadai, dan sekaligus selalu menjaga higienitas. Sehingga dengan menggunakan sistem sanita maka, upaya untuk mencegah diare dapat berkembang dan lebih baik. Dengan sistem sanita, masyarakat dapat mengendalikan limbah cair agar tidak mencemari badan air atau lingkungan. Masyarakat dapat memperbaiki kualitas air tanah dan air pemukiman. Serta kesuburan tanah dalam pengolahan sistem ekosan (Ekologi Sanitasi). 


Sebagai kesimpulan, konsep Sanita dapat mengurangi pencemaran yang terjadi dan mampu meningkatkan perbaikan sanitasi. Permasalahan diare juga dapat teratasi dengan baik. Selanjutnya, menjadi  tugas kepada pihak-pihak terkait untuk melaksanakan pelatihan atau sosialisasi terkait porses penggunaan sistem sanita pada masyarakat. Dengan begitu, langkah tersebut akan menjadi upaya untuk tercapainya tujuan MDGs dengan cepat dan tepat di Indonesia.

Halo, Saya Wawan Kurniawan. Terima kasih telah berkunjung.

1 komentar:

  1. terimakasih untuk informasinya, sebenarnya klo dibiarkan tanpa di obati, penyakit apapun bisa menjadi berbahaya,

    http://herbalkuacemaxs.com/pengobatan-herbal-diare/

    BalasHapus