FUGUE: Kumpulan Cerpen ala Psikologi
Menulis menjadi salah satu plihan untuk berbagi, seperti itulah yang dilakukan beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi. Di awal tahun 201...
Menulis menjadi salah satu plihan untuk berbagi, seperti itulah yang dilakukan beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi. Di awal tahun 2013 sejumlah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar mencoba untuk melahirkan karya antologi. Pada akhirnya, terbitlah sebuah buku yang diberi judul FUGUE. Karya tersebut disusun oleh 14 mahasiswa dan alumni Fakultas Psikologi UNM.
Fugue merupakan antologi cerpen dengan mengangkat cerita
yang bertemakan psikologi. Penulis yang tergabung dalam buku tersebut adalah
Anhar Dana Putra, Rini Junita, Ka Vebrianti Rahmat, Yzhie Bidasari, Fahrul
Syarif, Ardiansyah Jasman, Nurul Inayah Zainuddin, Reza Firmansyah, dan
sejumlah nama lainnya.
Lahirnya buku tersebut dilatarbelakangi oleh inisiatif
Anhar Dana Putra yang mengumpulkan beberapa mahasiswa psikologi yang memiliki
minat dalam dunia kepenulisan. Persepsi masyarakat tentang wajah mahasiswa UNM
yang gemar tawuran, aksi bakar ban dan menutup jalan setidaknya dapat dibantah
dengan karya nyata.
Seperti halnya yang disampaikan oleh Asniar Khumas, Ketua
Himpunan Psikologi Indonesia Sulawesi Selatan dalam Kata Pengantar buku
tersebut bahwa empat belas cerpen yang dihasilkan merupakan potret
pragmen-pragmen kehidupan yang tidak lepas dari dinamika psikologis individu
sebagai tokoh pelakunya. Di tengah ke-pesimis-an masyarakat umum terhadap
kemampuan menjadi mahasiswa Makassar yang beradab (jauh dari anarkisme), semoga
karya prestatif ini menjadi salah satu bukti bahwa teman-teman mahasiswa Psikologi
adalah salah satu simpul/ pelopor terbentuknya masyarakat yang cerdas.
Psikologi dan
Menulis
Meskipun disibukkan dengan aktivitas kampus, empat belas
mahasiswa psikologi tersebut mampu menyadari bahwa menulis adalah salah satu
cara terbaik untuk membebaskan ide, gagasan, ataupun perasaan yang ada. Salah
satu pembeda dari karya yang telah ada, Fugue lahir dengan karakter tersendiri.
Tentunya, cerpen yang dihasilkan mengandung nuansa psikologi yang kental.
Beberapa cerpen terinspirasi dari kejadian atau peristiwa psikologis. Sejumlah
judul cerpen merupakan nama penyakit
psikologis, yakni Elevatophobia, Psikopat, dan Fugue. Ada pula judul
yang merupakan fenomena psikologi yakni Afermasi dan Telepati.
Dalam buku antologi cerpen tersebut, pembaca dapat mempelajari
psikologi secara tidak langsung. Sebab penulis yang notabene mahasiswa dan
alumni Fakultas Psikologi UNM mencoba menuangkan dan berbagi ilmu dalam tulisan
yang dihasilkan. Kehadiran Fugue menjadi diharapkan dapat menjadi motivasi
untuk terus menulis dan berkarya dalam menghasilkan hal-hal yang positif.
Idealnya, mahasiswa fakultas psikologi dan kegiatan tulis
menulis dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang. Menulis dapat menjadi
aktivitas yang memberikan kesempatan untuk melakukan katarsis. Katarsis
merupakan istilah psikologi yang arti sederhananya adalah proses melepas stres
atau beban yang ada dalam pikiran. Mahasiswa fakultas Psikologi memiliki beban
akademik yang cukup tinggi, selain itu masalah di luar kampus tentunya hal
tersebut dapat memicu terjadinya stres atau bahkan dapat menjadi depresi jika
tidak dikelolah dengan baik. Sehingga lewat menulis, pikiran dan perasaan dapat
menjadi jalan untuk mengatur emosi yang ada.
Selain itu, psikologi merupakan ilmu yang mempelajari
perilaku (behavior) manusia. Dalam
menulis cerpen, mahasiswa psikologi memiliki kesempatan untuk menuangkan
karakter atau kepribadian yang telah dipelajari di kelas. Tentunya hal tersebut
telah dilakukan oleh empat belas penulis yang tergabung dalam antologi cerpen.
Karakter pada setiap cerita tercipta dari proses olah rasa yang dikemas rapi
dalam untaian kalimat sederhana dan kental akan nuansa psikologi.
Semoga kehadiran FUGUE menjadi sebuah pertanda akan
berkembangnya dunia tulis menulis di kalangan mahasiswa fakults Psikologi
Universitas Negeri Makassar dan juga dapat menyebar keseluruh mahasiswa yang
ada di kampus orange. Citra mahasiswa Makassar yang dikenal rajin
berdemonstrasi dengan bakar ban dan tutup jalan akan dapat dibenahi dengan
kesadaran akan pentingnya berkarya atau berkontribusi secara nyata. Menulis
juga bisa dijadikan salah satu ajang untuk menyalurkan aspirasi, melakukan
perubahan dan menciptakan sejarah. Seperti yang dikatakan Pramoedya Ananta
Toer, bahwa “orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis,
ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja
untuk keabadiaan” Selamat berkarya.
_____________________________________
Tulisan ini terbit di Kolom Apresiasi Koran Harian Fajar, Minggu 21 Juli 2013
3 comments
Sepertinya menarik nih isi dari FUGUE, salam ya :)
ReplyJadi penasaran....
Replybelinya dimana mas
Reply